Antologi Cerpen Terbaru Kuntowijoyo [Review]




Judul         : Pelajaran Pertama Bagi Calon Politisi
Penulis     : Kuntowijoyo
Penerbit    : Penerbit Buku Kompas
Terbit        : September 2013
Halaman   : 150
Harga       : 45.000

Reputasi Kuntowijoyo sebagai seorang sejarawan tidak perlu diragukan lagi. Ia termasuk generasi emas sejarawan bersama gurunya Sartono Kartodirdjo, serta rekan-rekan sejawatnya seperti Taufik Abdullah, Djoko Suryo, dan Ibrahim Alfian untuk menyebut sejumlah nama bahu membahu memperkenalkan pendekatan ilmu-ilmu sosial untuk memperkaya ilmu sejarah. Karena ilmu-ilmu sosial, selain akan mempertajam insight sejarawan (Kuntowijoyo: 2005) juga akan mampu menggali masa lalu keseharian orang-orang kecil yang selama ini tidak memiliki tempat dalam sejarah (Purwanto: 2005).

Menariknya, Kuntowijoyo juga terkenal sebagai sastrawan. Ia produktif menulis puisi, cerpen, dan novel sejak tahun 60-an hingga tahun 2000-an. Yang paling fenomenal dan paling diingat para pemerhati serta pecinta sastra barangkali terpilihnya cerpen Kuntowijoyo sebagai cerpen terbaik Kompas selama tiga kali berturut-turut. Yaitu Laki Laki yang Kawin dengan Peri (1995), Pistol Perdamaian (1996), dan Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (1997). Hal tersebut mengantarkannya meraih penghargaan Anugerah Kesetiaan Berkarya Bidang Penulisan Cerpen dari harian Kompas (2002) dan menegaskan bahwa Kuntowijoyo adalah “sosok yang lengkap”.

Namun, sekarang Kuntowijoyo telah tiada. Praktis tidak bisa lagi ditemukan karya-karya terbaru sang sejarawan cum satrawan ini pasca ia meninggal dunia pada 2005. Oleh sebab itu, terbitnya kumpulan cerpen Kuntowijo berjudul Pelajaran Pertama bagi Calon Politisi oleh Penerbit Kompas yang merekam karyanya selama dua dekade (1994–2004) patut diapresiasi. Bukan hanya karena elan penerbit ini, meminjam pernyataan Radhar Panca Dahana “yang arkaik dan bebal” dalam melestarikan kebudayaan. Tapi juga terbitnya kumpulan cerpen ini menjadi semacam oase pelepas dahaga bagi para pecinta genre sastra; yang rindu dengan gaya bahasa sederhana, tema-tema kecil kehidupan sehari-hari, dengan muatan religius dan kritik sosial yang menyentuh.

direview oleh : 
Muhammad Iqbal Awaludien

Tidak ada komentar: