Pelangi di Gang Laskar

Awal 1990an. Ini kisah yang indah, kisah yang layak dikenang :-) di pinggiran Kabupaten Bogor tidak jauh dari Stasiun Citayam ada jalan setapak yang bernama Gang Laskar. Gang yang terletak di seberang jalan raya dan rel, terbentuk searah aliran selokan yang mengairi sawah-sawah. Secara administrasi daerah ini masih ikut kampung sebelah. Sangat sering kami melihat sapi dan kerbau membajak sawah dan ketika mata memandang kita akan disuguhi hamparan pemandangan yang indah. Saat itu pemukiman lebih banyak tumbuh di sebelah Barat jalan raya karena di sebelah Timur ada sebuah kali besar sehingga perlu jembatan untuk akses kesana.

Tahun 1987 keluarga bapak Rakimin yang menjadi penduduk pertama disana, beliau bisa disebut sebagai Primus Inter Pares nya Gang Laskar karena selain sebagai senior beliau juga cukup dominan dalam masalah keamanan kampung. Tiga bulan kemudian orang tua saya yang mulai tinggal di Gang Laskar sebagai penghuni kedua kemudian datang juga penghuni ketiga, keempat dan seterusnya. Sampai awal 1990an hanya beberapa rumah yang ada saat itu. Walaupun hanya beberapa rumah tapi suasananya sangat riang dan akrab. Dengan mayoritas pendatang dari "Jawa" terbentuk satu keluarga besar yaitu "Keluarga Gang Laskar". Kenapa dinamakan Gang Laskar? karena penduduk pertama dan kedua adalah anggota ABRI maka diberi nama Gang Laskar, laskar sendiri artinya pasukan atau tentara sedangkan gang adalah jalan kecil, jadi Gang Laskar adalah Jalan Tentara.

Sambungan listrik pun baru masuk pada tahun 1994 saat itu warga langsung mengadakan syukuran sederhana. Aliran listrik disambungkan dari Kampung Lio sehingga sering kali mati saat hujan yang disertai angin hal ini karena kabel melewati kebun-kebun yang pohonnya mudah tumbang. Setelah ada listrik kehidupan berubah serasa lebih praktis lebih nyaman warga dapat bermain bulu tangkis dan tenis meja pada malam hari.
Anak-anak Gg. Laskar
Kami adalah sekumpulan anak-anak yang dibesarkan dengan adat istiadat Jawa, ketika bermain selalu menggunakan kata-kata santun dan jika ada kata-kata kasar kami akan saling mengingatkan. Kami adalah Roby, Mamat, Yanti, Widi, Aris, Mba Ayu, Mba Ria, Mba Yani, Mas Andri, Mas Heri, dst. Telah tercipta permainan tradisional yang endemik di Gang Laskar, sebut saja Taboketa (Tidak Boleh Kena Tanah) suatu permainan modifikasi kejar-kejaran dengan jalur yang telah ditentukan. Selain Taboketa, permainan perahu yang terbuat dari jantung pisang juga cukup popular. Banyaknya pohon pisang yang tumbuh membuat kami kreatif, jantung pisang yang lepas kita ikat dan dijadikan perahu di selokan. Bahkan disaat-saat bosan kereta bisa menjadi hiburan, cukup duduk dipinggir sambil menunggu kereta lewat untuk dilihat. Mengingat saat-saat itu adalah hal yang menyenangkan, tidak pernah berpikir apa yang akan terjadi esok yang penting adalah menurut pada orang tua dan bermain sampai senang. Tidak hanya senang tapi juga bahagia.

Tinggal di kampung yang dikelilingi kebun dan sawah tidak membuat kami terisolasi, anak-anak Gang Laskar rajin belajar dan disiplin. Untuk belajar membaca al-Qur'an kami siap berjalan kaki ke kampung sebelah, Kampung Lio di barat & kampung Pala Bali di Utara. Sedangkan saat sekolah kami selalu tepat waktu dan tidak kenal istilah terlambat. ini merupakan keberuntungan bagi kami karena bisa merasakan suasana yang positif di Gang Laskar. (Roby)

Tidak ada komentar: